Sabtu, 30 Agustus 2014

KEGIATAN NU KOTA BLITAR

PEMBANGUNAN KANTOR CABANG NU KOTA BLITAR

          Pembangunan Gedung Kantor Cabang Nahdlatul Ulama Kota Blitar hingga saat ini diperkirakan  sudah mencapai 25%. Gedung tersebut
 dibangun diatas tanah wakaf  warga NU Kota Blitar Bapak H. Muhajir Basuni (agen majalah Aula). Ukuran tanah wakaf dengan lebar 15 meter dan panjang 26 meter ,  oleh panitia bangunan Gedung Kantor dan musholla dianggarkan hampir satu Milyard rupiah. Penggalian dana  sebagaian dari swadaya warga NU  dan Subsidi pemerintah. Lokasi pembangunannya di Kelurahan Bendo, barat stadioan keutara lebih kurang 500 meter, Kantor Kecamatan Kepanjenkidul kebarat juga lebih kurang 500 meter. Atau dari STMI kebarat lalu belok ke utara lebih kurang 500 meter. Dibangun menghadap keutara berlantai dua direcanakan lantai  bawah untuk kantor dan musholla dan lantai  atas untuk  Aula (Ruang Pertemuan).  Pembangunan Gedung tersebut didukung oleh  3 MWCNU dan 22 Ranting NU.  Jikalau dana lancar dan tidak ada hambatan, direncanakan  pembangunan akan selesai isnsyaalloh akhir tahun 2015.
           Pada malam tirakatan sebelum peletakan batu pertama, hadir tokoh masyarakat dan pinisepuh warga NU Kota Blitar, serta hadir pula Bapak Wali Kota Blitar H. Samanhudi Anwar, memberikan sambutan dan bersedia memberikan kucuran dana.




















                                ----:foto dan penulis mBah Sakrip:----

Minggu, 03 Agustus 2014

PESTA LEBARAN


IDUL FITRI itu peristiwa keagamaan yang telah bercampur menyatu dengan pesta budaya. Begitupun Puasa Ranadhan, kehadirannya mengubah ritme sosial, pola konsumsi, serta mendatangkan atmosfir relegius dan damai yang begitu terasa. Kini kita memasuki penghujung Romadlon. Masyarakat sibuk bahkkan heboh menyambut datangnya lebaran Idul Fitri. Muncul perasaan gembira bercampur sedih setiap hendak berpisah dengan Romadlon yang agung dan mulia. Romadlon menjumpai kita menebarkan janji-janji rahmat dan ampunan Illahi.  Lega, sedih, dan haru bercampur menjadi satu. Rasanya ingin menangis dan tersenyum berpisah dengan Romadlon.  Dengan berpuasa kita melakukan transendensi diri, mengampbil jeda dan jarak  dari rutinitas hidup yang mungkin telah membuat kita bekerja bagaikan sebuah mesin tanpa ruh. Semoga capaian dan penguatan ruhani selama Romadlon akan membekali kita dihari-hari dan bulan mendatang. Idul Fitri menandai berakhirnya bulan puasa lalu kita kembali menapaki hari-hari biasa.Semoga kita mampu menjalani dengan cara pandang baru., dengan ketajaman mata hati. 


 
















penulis naskah dan foto : mBah Sakrip